Rabu, 28 Oktober 2009

PERUBAHAN PERILAKU SETELAH PROMOSI KESEHATAN

Ilmu perilaku adalah suatu ilmu multidispliner. Maksudnya pengkajian ilmu perilaku itu menyangkut banyak aspek yang dikaji/ditinjau dari berbagai macam ilmu. Hal ini wajar karena perilaku merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Setidaknya ada tiga kelompok ilmu yang mempelajari perilaku, yaitu ilmu social, antropologi dan psikologi.Objek atau sasaran ilmu perilaku adalah perilaku manusia(humanbehavior).
Pengertian perilaku menurut Soekidjo & Sarwono, dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa (berpendapat, berpikir, bersikap, berpersepsi, dll) untuk memberikan responsi terhadap situasi di luar subjek tersebut. Respon ini dapat bersikap pasif (tanpa tindakan) dan dapat bersifat aktif (tanpa tindakan). Bentuk operasionalisasi dari perilaku dikelompokkan menjadi 3 jenis:
1) Perilaku dalam bentuk Pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar;
2) Perilaku dalam bentuk Sikap, yakni tanggapan bathin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek;
3) Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkret, berupa perbuatan (action) terhadap situasi dan atau rangsangan dari luar.
Ahli psikologi social Sears, at.al, (1985), mengemukakan empat pendekatan dalam memahami proses terbentuknya perilaku social, yaitu:
1) Pendekatan Biologis, yang melihat perilaku sebagai karakteristik bawaan atau mekanisme fisiologis,
2) Pendekatan Belajar, yang melihat perilaku sebagai refleksi dari apa yang pernah dipelajari seseorang di masa lalu,
3) pendekatan insentif, yang melihat perilaku sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan dan memperkecil kerugian,
4) Pendekatan Kognitif, yang melihat perilaku sebagai sesuatu yang terutama ditentukan oleh persepsi seseorang terhadap situasi social di sekitarnya.
Ahli antropologi Suparlan (1986), melihat terbentuknya perilaku individu sebagai totalitas atau resultan dari tiga buah komponen internal diri manusia yang secara bersama-sama membentuk perilaku manusia, yaitu:
1) adanya kebutuhan individu pada saat tertentu;
2) adanya upaya individu untuk memenuhi kebutuhan tersebut;
3) adanya pengethauan kebudayaan yang dimiliki individu sebagai warga negara/masyarakat, yang diperoleh melalui proses belajar dari lingkungannya sejak ia dilahirkan, kemudian secara selektif dipergunakannya sebagai kerangka rujukan untuk menginterprestasikan suatu objek, secara selektif pula dijadikannya acuan untuk bertindak sesuatu terhadap objek tersebut.
Menurut ahli pendidikan, perilaku adalah proses belajar yang menyakitkan, yang mengandung motif atau minat tertentu. Sementara Fishbein & Ajzen (1975), mengemukakan seseorang mempunyai minat untuk berperilaku, tercermin dari hasil analisis sikap dan norma subjektifnya terhadap objek tertentu. Sikap sebagai awal berperilaku belum merupakan tindakan nyata, tetapi merupakan kecendrungan untuk berperilaku.


Promosi kesehatan -> perubahan perilaku yang mendukung peningkatan derajat kesehatan-> kemandirian -> PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Pemberdayaan masyarakat -> proses pengorganisasian potensi masyarakat dibidang kesehatan sehingga mampu mengatasi dan meningkatkan kesehatannya adalah peran aktif -> kemandirian desa siaga.
Promosi kesehatan adalah Intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku yang kondusif untuk kesehatan => Agar individu, kelompok dan masyarakat mempunyai perilaku yang positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan.

Perilaku Kesehatan :
-kegiatan / aktivitas organisme
-Tindakan/aktivitas manusia : berjalan, bicara, menangis, tertawa, belajar, kuliah,dsb
-Kegiatan/aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung dan tidak langsung
-Respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Perilaku Kesehatan :
Pendidikan / promosi kesehatan / penyuluhan kesehatan => Respon seseorang terhadap stimulus / objek yang berkaitan dengan dengan sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, gizi dan lingkungan

Perilaku kesehatan : Perilaku pemeliharaan kesehatan
Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
Perilaku kesehatan lingkungan
Promosi Kesehatan & Perilaku
Promosi kesehatan merupakan penunjang bagi program kesehatan lain
Promosi kesehatan merupakan proses peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan yang disertai dengan upaya memfasilitasi perubahan perilaku
Merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa perbaikan / perubahan dalam individu, masyarakat dan lingkungan

Peran Promosi kesehatan
1.Kampanye melalui media massa elektronik, website, cetak dan pameran.
2.Pemantapan jejaring kemitraan.
3.Mengembangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) disemua tatanan.

Contoh promosi kesehatan yang dapat merubah perilaku seseorang :
1.Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
2.Balita di berikan ASI.
3.Timbang balita.
4.Rumah bebas jentik.
5.Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
6.Tersedia air bersih.
7.Tersedia jamban.
8.Makanlah dengan gizi seimbang.
9.Lakukan aktifitas fisik setiap hari.
10.Jangan merokok.

Untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan upaya-upaya berupa intervensi terhadap :
1. lingkungan; sanitasi lingkungan, program pendidikan, perbaikan sosial ekonomi
2. perilaku ; pendidikan kesehatan
3. pelayanan kesehatan; perbaikan manajemen dan sistem pelayanan kesehatan
4. hereditas; perbaikan gizi masyarakat

Intervensi terhadap perilaku :
1. Tekanan ;peraturan, undang-undang, instruksi, tekanan, sanksi. Dll
Tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran
2. Pendidikan (education) ; dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan kesadaranCocok untuk pembinaan & peningkatan perilaku kesehatan masyarakat

Kamis, 22 Oktober 2009

PROMOSI KESEHATAN PADA REMAJA

PROMOSI KESEHATAN PADA REMAJA

Pengertian

Promosi kesehatan menurut WHO adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan kontrol dan mengembangkan kesehatan mereka.

Promosi kesehatan (Pender, 1996) adalah pemberian motivasi untuk meningkatkan kesehatan individu dan mewujudkan potensi kesehatan individu.

Sedangkan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka sendiri. Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.

Promosi kesehatan (pender, 1996) adalah pemberian motivasi untuk mencegah timbulnya penyakit, deteksi dini, menjaga keseimbangan fungsi tubuh dengan membatasi adanya penyakit.

Selama 20 tahun terakhir, ada beberapa perbedaan pendapat tentang cara yang terbaik untuk promosi kesehatan. Promosi kesehatan tradisional, dibuat untuk merubah perilaku individu kearah gaya hidup yang lebih sehat dengan cara individu merasa nyaman dengan lingkungannya (Gillies, 1998)

Promosi kesehatan menggunakan pendekatan pada klien sebagai pusat dalam pemberian pelayanan dan membantu mereka untuk membuat pilihan dan keputusan.
Istilah “promosi kesehatan” merupakan suatu payung dan digunakan untuk menggambarkan suatu rentang aktivitas yang mencakup pendidikan kesehatan dan pencegahan penyakit (Gillies,


Ada tiga tingkatan dari pendidikan kesehatan menurut Gillies:
Primary Health education, tujuannya tidak hanya mencegah perubahan kesehatan tetapi juga meningkatkan kualitas kesehatan, dengan demikian kualitas hidup, nutrisi, kontrasepsi dan hubungan seksual secara aman, dan pencegahan kecelakaan dengan menggunakan helm.
Secondary health education, tujuannya adalah untuk membantu individu dengan masalah kesehatan yang reversible untuk menyesuaikan dengan gaya hidupnya, contohnya berhenti merokok,merubah kebiasaan makan dan olahraga Tertiary health education, tujuannya untuk membantu individu yang sakit dan tidak sembuh total sehingga mereka dapat melewati hidup dengan sesuai kemampuan yang dimiliki.

Contohnya anak yang menderita asma, epilepsi, bronchitis kronik dan kanker.

REMAJA
Remaja didefinisikan sebagai:

  1. Masa peralihan dari anak-2 menuju dewasa
  2. Umumnya antara usia 10-19 tahun
  3. Merupakan periode kematangan seksual yang merubah anak secara biologi menjadi dewasa yang memiliki kemampuan bereproduksi
  4. Merupakan perkembangan psikologi dan sosio-ekonomi.
  5. Dengan kata lain merupakan periode transisi, tumbuh, kembang dan “kesempatan”


Perkembangan seksual pada remaja (Fundamental of Nursing , Potter & Perry. 2005) :
a.Perubahanfisik
1) Ditandai dengan perkembangan payudara, bisa dimulai paling muda umur 8-10 th.
2) Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi genitalia, antara lain: uterus membesar; vagina memanjang; mulai tumbuhnya rambut pubis dan aksila; dan lubrikasi vagina baik spontan maupun akibat rangsangan.

3) Menarke sangat bervariasi, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun. Siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan avulasi mungkin tidak terjadi saat menstruasi pertama.


b.Perubahanpsikologis/emosi
1) Periode ini ditandai oleh mulainya tanggungjawab dan asimilasi pengharapan masyarakat
2) Remaja dihadapkan pada pengambilam sebuah keputusan seksual, dengan demikian mereka membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, dan penyakit yang ditularkan melalui aktivitas seksual.

3) Yang perlu diperhatikan terkadang pengetahuan yang didapatkan tidak diintegrasikan dengan gaya hidupnya, hal ini menyebabkan mereka percaya kalau penyakit kelamin maupun kehmilan tidak akan terjadi padanya, sehingga ia cenderung melakukan aktivitas seks tanpa kehati-hatian.
4) Masa ini juga merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual, banyak dari mereka yang mengalami setidaknya satu pengalaman homoseksual. Remaja mungkin takut jika pengalaman itu merupakan gambaran seksualitas total mereka, walaupun sebenarnya anggapan ini tidak benar karena banyak individu terus berorientasi heteroseksual secara ketat setelah pengalaman demikian.
5) Remaja yang kemudian mengenali preferensi mereka sebagai homoseksual yang jelas akan merasa dan kebingungan sehingga membutuhkan banyak dukungan dari berbagai sumber (Bimbingan Konselor, penasihet spiritual, keluarga, maupun profesional kesehatan mental).


c. Perkembangan Psikologi dan Kognitif Selama Remaja

Pertama-tama piaget menggambarkan transisi dari konkrit ke pemikiran oparasional formal sebagai peristiwa pada tahun awal dan pertengahan remaja. Walaupun ada variasi besar,sebagian perkembangan bakat anak muda untuk berfikir abstrak antara usia 12 – 16 tahun. Sebelum bakat ini tumbuh ,anak muda mempunyai kesulitan untuk mengaplikasikan prinsip umum untuk membedakan situasi dan menilai kenyataan dan rencana untuk masa depan. Ini kontras,pemikiran operasional formal termasuk kapasitas untuk berfikir abstrak,misalnya ide dan pemikiran. Tugas perkembangan ini adalah masa transisi dari pemikiran yang konkrit. Akhirnya ,tugas-tugas psikososial remaja menjadi harus betul-betul dipertimbangkan.

Masalah kesehatan pada remaja :

1. Masalah jerawat 85% dialami remaja dan diketahui merupakan masalah kesehatan yang serius yang menyertai remaja.

2. Rokok

3. Penggunaan obat dan kekerasan (penggunaan obat-obat medis, perangsang, obat tidur, dan penenang)

4. Penggunaan psikotropika

5. Nutrisi (kekurangan nutrisi atau kegemukan)

6. Gangguan makan (anoreksia nervosa,bulimia nervosa,fitnes dan latihan fisik)

7. Stress (gejala fisik yang dapat mempengaruhi pada keadaan kronik atau stress yang extrem. Gejala psikologik misalnya cemas,sedih,gangguan makan,depresi,insomnia,)

8. Pelaksanaan aktivitas seksual.


Remaja melaporkan beberapa alasan untuk melakukan aktivitas seksual yang mana berasal dari dorongan kelompoknya,untuk mencintai dan dicintai,coba-coba serta bersenang-senang (Murray & Zentner,1997). Bagaimanapun juga beberapa remaja tidak dapat mengambil keputusan atau nilai ,keahlian yang dibutuhkan untuk mengklarifikasi untuk sesuatu hal yang penting di usia muda dan juga menambah pengetahuan dasar tentang kontrasepsi dan PMS.
Sebagai perempuan yang berkembang sesuai usia perkembangan,dan tahapan. Dia menyerupai dengan kondisinya yang berhubungan dengan kondisinya. Semua remaja tertahan percepatan perkembangan karakteristik seksualnya dan juga tidak tercapai tugas perkembangannya,misalnya menunjukkan identitasnya,perkembangan seksual yang lebih disukai,emansipasi dari keluarga dan menunjukkan tujuan pengasuh.


Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada anak dan remaja perempuan

Anak dan remaja membutuhkan edukasi akurat dan komprehensif tentang seksualitas untuk praktik perilaku seksual sebagai orang dewasa. Kini, eksploitasi atau risiko aktivitas seksual mungkin menjadi masalah kesehatan dan social seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual meliputi HIV/AIDS.

Survey terbaru department kesehatan dan pelayanan social menemukan penurunan aktivitas seksual pada remaja usia 15-19 di USA. Anak lebih banyak melakukan aktivitas seksual dini meliputi anak dengan masalah belajar atau rendah secara akademik, anak dengan soaisl lainnya, masalah perilaku atau emosional (mencakup kelainan mental dan kekerasan substance) biasanya ini berasal dari keluarga golongan ekonomi lemah.


Sumber, isi dan efektifitas program pendidikan seksual

Kelas pendidikan seksual telah menjadi kurikulum rutinitas pada sekolah menengah pertama dan atas di beberapa negara bagian. Pendidikan kesehatan juga sebagai komponen komunitas – target program dasar pencegahan pada ibu hamil,pencegahan kekerasan,penurunan kekerasan,perkembangan anak muda.atau pelayanan kesehatan reproduksi. Perawat juga bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan seksual pada anak dan remaja sebagai bagian dari pencegahan penyakit. Tidak semua sekolah memiliki instruksi dasar dan peraturan tentang kelas pendidikan seksual.


Strategi untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada anak dan remaja perempuan
1. Letakkan pendidikan seksual dalam tatanan kehidupannya
2. Menganjurkan untuk menawarkan pendidikan seksualitas dan topik tentang seks yang berhubungan issue saat ini
3. Menyediakan pendidikan seksualitas dengan mempercayai dan mengakui pasien sebagai individu dan isu serta nilai dalam keluarga.
4. Khusus menyediakan,kepercayaan,budaya sensitif dan konseling yang tidak ternilai tentang isu penting seksualitas (konseling umum,pencegahan kehamilan tidak diinginkan,strategi pencegahan penyakit menular HIV/AIDS)
5. Menyediakan konseling yang tepat atau pencerahan-pencerahan pada anak dan remaja dengan isu khusus dan jadi perhatian (Gay, lesbian, biseksual anak muda)
6. Pelayanan ginekolgi rutin disediakan untuk remaja putri yang menjalani perilaku seksual. Skrining untuk kanker serviks dan PMS akan diberikan pada perempuan yang menjalani seksual aktif.
7. Menjadikan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan seksual disekolah,institusi keagamaan,dan komunitas lainnya.
8. Bekerja sama dengan perencana masyrakat (LSM) untuk meningkatkan strategi yang menyeluruh untuk menurunkan kejadian perilaku seksual yang tidak aman dan hasil yang merugikan.

Perilaku Kesehatan Yang Beresiko Dan Tindakan Pencegahan Pada Remaja Perempuan
1. Beberapa remaja menggunakan perilaku yang beresiko agar dapat menampakkan kesehatan mereka. Kasus kematian terbanyak pada remaja adalah kecelakaan yang tidak disengaja. Sekitar 80% semua kecelakaan motor,yang kedua bunuh diri, ketiga kematian karena neoplasma,cardiovaskuler dan penyakit kongenital. Dari beberapa ada satu dari empat remaja juga beresiko tinggi terhadap tindakan kekerasan, PSM, kehamilan tidak disengaja, kekerasan antar sesama dan tekanan disekolah.
2. Pada 1992,An American Medical Association interdisciplinary expert panel developed the Guidelenes for adolescent preventive services. Termasuk sebuah tambahan dari bagian ini. Petunjuk GAPS merupakan sebuah rekomendasi untuk membantu perawatan pertama organisasi penyedia dan pengirim pelayanan pencegahan komprehensif pada remaja.. rekomendasi GAPS ditujukan pada organisasi pelayanan,peningkatan gaya hidup yang sehat,skrining fisik,emosi dan masalah tingkah laku dan imunisasi.. tujuan GAPS adalah untuk membuat semua kunjungan klinik bagian pengalaman peningkatan kesehatan.


Kondisi Kesehatan Yang Ditampilkan Remaja
Remaja putri yang peduli sistem perawatan kesehatan biasanya melakukan skrining (pap smear dimulai pada usia 18 atau ketika sudah mulai melakukan aktivitas seksual). Masalah ginekology sering disamakan dengan mens (perdarahan yang tidak teratur atau dimenore),vaginitis atau leukorea,PMS,kontrasepsi dan kehamilan).
Kehamilan pada remaja : kehamilan pada remaja usia 16 tahun atau remaja sering diperkenalkan stress tambahan pada periode yang penuh dengan stress.

Petunjuk Antisipasi Untuk Promosi kesehatan & Pencegahan Penyakit

Pender (1996) menggambarkan peningkatan kesehatan sebagai motivasi untuk menjadi keadaan sejahtera dan potensial kesehatan aktual. Pencegahan adalah menghindari kesakitan,mendeteksi dini,pemeliharaan fungsi yang optimal ketika datang keadaan sakit.
Perawat mempunyai kesempatan dan tanggung jawab besar untuk membantu ketidakmengertian wanita terhadap faktor resiko dan untuk memotivasi mereka untuk menerima gaya hidup yang sehat dalam mencegah penyakit.
Nutrisi, latihan,managemen stress,berhenti merokok,pembatasan konsumsi alkohol,masa skrining sendiri,pelaksanaan,terapi hormone tambahan,issue seksual.


Level pencegahan penyakit pada anak dan remaja perempuan:

Primary prevention: immunisasi lanjutan (Vaksin HPV) atau pendidikan kesehatan/konseling tentang nutrisi, rokok, sexual education, alcohol, managemen stress.

Secondary prevention: Screening test ; pemeriksaan payudara sendiri sejak anak mulai mendapatkan mestruasi, pap smear bagi remaja yang telah melakukan hubungan seksual aktif, tes kolesterol, pemeriksaan Hb

Tertiary prevention: pendidikan pada pasien untuk menurunkan kondisi sakit dan megoptimalkan kemampuan yang dimiliki, misalnya mengoptimalkan kemampuan anak yang menderita kanker.


MASALAH-MASALAH YANG LAZIM TERJADI PADA REMAJA

NARKOTIKA

Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat , halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya

ABORSI

Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup diluar secara mandiri ( Munajat, N.,2000). Aborsi atau pengguguran berbeda dengan keguguran atau keluron (bahasa jawa). Aborsi adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja ( abortus provokatus ), yakni kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan yang berhenti karena faktor – faktor alamiah atau disebut abortus spontaneous (Hawari, D., 2006). Aborsi merupakan semua upaya atau tindakan yang dimaksudkan untuk menghentikan kehamilan, baik dilakukan melalui pertolongan orang lain sepeti dokter, dukun bayi, dukun pijat dan sebagainya, maupun dilakukan sendiri dengan cara meminum obat-obatan atau ramuan tradisional (Wiknjosastro, Gulardi dalam Ulfah,M. dan Ghalib,A., 2004). Namun tindakan aborsi tersebut mengandung risiko yang cukup tinggi, apalagi bila dilakukan tidak sesuai dengan standard profesi medis (Munajat, N.,2000).Aborsi seperti itu dapat menyebabkan infeksi disertai dengan perdarahan bahkan kematian. Risiko tersebut akan lebih tinggi bila terjadi pada usia remaja dan juga akan berdampak pada kesehatan reproduksinya. Aborsi pada usia remaja terjadi antara lain karena kehamilan diluar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Akibat dorongan yang mendesak untuk mengakhiri kehamilan tersebut sejumlah remaja tanpa memikirkan risiko yang ditimbulkan, memilih aborsi sebagai pilihan terakhirnya (Dianawati,, 2003).

Kesehatan reproduksi remaja telah menjadi isu global. Hampir seluruh Negara menjadikan masalah ini sebagai salah satu program utama. Berdasarkan data, kondisi kesehatan reproduksi remaja cenderung menurun dan aborsi dikalangan remaja cenderung meningkat (Purbaningsih, 2004). Dr. Boyke Dian Nugraha, Sp. OG., MARS berpendapat bahwa aborsi di Indonesia tercatat sebanyak 2,3 juta kasus setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 15% sampai 30% dilakukan oleh remaja (Anonymus, 2005). Sedangkan angka kejadian aborsi di Surabaya khususnya tidak dapat diketahui secara pasti, karena tidak ada lembaga atau institusi yang dapat melaporkannya. Kejadian aborsi ini menjadi salah satu penyebab tingginya AKI. SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa aborsi berkontribusi sebesar 11% terhadap kematian ibu di Indonesia. Bahkan menurut Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH diperkirakan prosentase tersebut bisa mencapai 30 – 50 % (PKBI, 2004).

Sekarang ini, banyak terdengar kasus – kasus aborsi yang dilakukan oleh oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab. Berita – berita yang memuat kasus aborsi illegal yang dilakukan oleh tenaga dpkter ternyata masih banyak dilakukan (Dianawati, 2003). Padahal Kodeki memberikan pedoman bahwa dokter tidak boleh melakukan aborsi, sebab dokter Indonesia harus melindungi makhluk insani sejak pembuahan sampai dengan kematiannya. Berdasarkan UU Kesehatan no.23 tahun 1992, aborsi hanya bisa dilakukan kalau ada indikasi medis sebagai satu – satunya upaya menyelamatkan nyawa ibu. Sehingga praktik aborsi yang selama ini berlangsung sebenarnya adalah praktik ilegal (Kusmaryanto, 2004). Aborsi ilegal ini kemungkinan terjadi karena rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan pengetahuan perempuan tentang kesehatan reproduksi (Dianawati, 2003).Dengan minimnya informasi kesehatan reproduksi remaja, kerap terjadi penyalahgunaan fungsi seksual. Hanya mengejar kenikmatan sesaat, tidak sedikit dari mereka berani malakukan hubungan seksual. Tidak heran kini banyak permasalahan yang datang menyertainya, termasuk semakin beragamnya penyakit menular seksual (PMS) dan aborsi (Anonymus, 2005).

Oleh karena itu perlu adanya pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar di kalangan remaja. Termasuk tentang seksualitas, organ reproduksi, kehamilan, dsb. Dalam kasus ini juga diperlUkan adanya informasi yang benar di kalangan remaja tentang aborsi.

Ada 2 macam risiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:

1. Risiko kesehatan fisik dan mental.

2. Risiko gangguan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
i. Kanker hati (Liver Cancer)
j. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

GANGGUAN MENTAL YANG TERJADI Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut:
a. Kehilangan harga diri (82%)
b. Berteriak-teriak histeris (51 %)
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

.

HIV/AIDS

HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui :

  1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
  2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian(seperti pecandu Narkoba)
  3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
  4. Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)

Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :

  1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
  2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
  4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
  5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :

  1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
  2. Dermatitis generalisata yang gatal
  3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
  4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :

  1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
  2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
  3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik

Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia memang terus meningkat. Kalau bulan Desember 2003 disebutkan ada 2.720 kasus HIV dan 1.371 kasus AIDS atau total 4.091 kasus, maka sampai dengan Juni 2004 dilaporkan total kasus HIV/AIDS sudah menjadi 4.389, terdiri dari 2.864 kasus HIV dan 1.525 AIDS.

Kasus HV/AIDS di kalangan remaja diperkirakan sebagian besar terjadi dari proses berbagi jarum suntik di antara pengguna obat-obatan terlarang, termasuk narkoba ataupun NAPZA. Dari 4.389 kasus HIV/AIDS di Indonesia seperti disebut di atas, 1.392 kasus atau 31,7 persen adalah kelompok usia 15-29 tahun, terdiri dari kelompok usia 15-19 sebanyak 176 kasus dan kelompok usia 20-29 tahun 1.225 kasus

  1. Melakukan segala bentuk hubungan seks penetratif dengan orang yang terinfeksi tanpa menggunakan kondom secara benar pada saat yang tepat;
  2. Berbagi jarum suntik atau benda tajam lain dengan orang yang terinfeksi HIV dalam penggunaan obat secara intravena;
  3. Menerima darah (melalui transfusi) dari orang yang terinfeksi;
  4. Menato atau menindik tubuh dengan menggunakan benda tajam yang terkontaminasi oleh virus.

5. Saat terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan wkt

5-10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut

sebagai AIDS.

6. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela.

7. Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV+ ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa.

8. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi donor darah.

9. 75-85 % Penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 % diantaranya melalui hubungan homoseksual)

10. 5-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik)

11. 3-5 % melalui transfusi darah yang tercemar

12. 90 % infeksi pada bayi dan anak terjadi dari Ibu yang mengidap HIV

13. 25-35 % bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV

14. Rasa lelah berkepanjangan

15. Sesak nafas dan batuk berkepanjangan

16. Berat badan turun secara menyolok

17. Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas

18. Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit)

19. Sering demam (lebih dari 38 °C) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas

20. Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang lain

BAGAIMANA MENCEGAH AIDS

1. Tidak berganti-ganti pasangan seksual

2. Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap penggunaan jarum suntik yang diulang

3. Dengan formula A-B-C

ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah

4. BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja

5. CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan alat.

Orang Tua

1. Harus dapat memberikan pendidikan agama dan moral yang baik bagi anak-anaknya.

2. Harus mampu memberikan informasi yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja

3. Dapat memberikan kesempatan bagi anak-anaknya untuk mengeluarkan pendapat dan bukan hanya menuntut anak-anaknya untuk menuruti keinginan mereka

Dapat membantu anak-anaknya untuk membangun konsep diri yang sehat, sehingga sang anak tidak mudah terbawa arus negatif dari lingkungan,

Harus dapat terbuka dalam membicarakan masalah-masalah kesehatan reproduksi. jika orang tua tidak bersikap terbuka dalam membicarakan masalah ini, maka remaja akan bertanya kepada orang lain dan informasi yang didapat dari orang lain ini belum tentu benar.

Orang tua hendaknya jangan hanya menuntut, tapi juga harus berusaha mengerti keadaan anak-anaknya. Harus dapat memberikan kesempatan yang sama bagi anak laki-laki dan perempuan.

Tidak segan-segan meminta maaf pada anak bila orang tua melakukan kesalahan. Orang tua tidak akan pernah luput dari kesalahan, dengan meminta maaf, maka remaja akan merasa lebih dihargai.

Tidak bersikap menggurui dan menganggap bahwa orang tua tahu segalanya dan anak tidak tahu apa-apa, karena sebenarnya orang tua belum tentu lebih pintar dari anaknya, tapi mereka lebih dulu tahu.

Pendidik

1. Harus dapat menjadi panutan bagi anak didiknya

2. Harus menguasai tentang masalah kesehatan reproduksi remaja

Dapat menjadi teman diskusi yang baik, bukan hanya menyalahkan dan menakut-nakuti. Pendidik yang baik harus dapat menjadi mitra diskusi remaja yang baik sehingga remaja merasa nyaman untuk membicarakan masalahnya kepada pendidik.

Khususnya untuk guru agama, jangan memberi informasi mengenal kesehatan reproduksi dengan cara menakut-nakuti. Jangan hanya menghubungkan hal tersebut dengan 'dosa', tetapi juga harus bisa menjelaskan mengapa hal tersebut merupakan perbuatan yang dilarang agama, Misalnya dalam membicarakan tentang hubungan seks pranikah, pendidik hendaknya tidak hanya menakut-nakuti hal itu sebagai perbuatan berdosa, tapi juga harus dapat menjelaskan keterangan dibalik itu yaitu bahwa manusia adalah mahluk Tuhan yang paling tinggi, yang dibekali oleh akal budi dan mempunyai aturan hidup sehingga apabila kita melakukan hubungan seks di luar pernikahan, berarti kita sama rendahnya dengan binatang yang tidak berakal budi dan tidak mempunyai aturan

Pendidikan kesehatan bagi anak dan remaja perempuan :

  1. Pada usia sekolah dini, anak harus diberikan informasi untuk berhati-hati terhadap potensi adanya penganiayaan seksual. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pelecehan seksual terhadap anak antara lain:
  2. Ajarkan kepada anak mengenai perbedaan antara sentuhan yang baik dengan sentuhan
    yang buruk dari orang dewasa.
  3. Beritahu anak mengenai bagian tubuh tertentu yang tak boleh disentuh oleh orang dewasa kecuali saat mandi atau pemeriksaan fisik oleh dokter.
  4. Ajarkan kepada anak untuk mengatakan ’tidak’ jika merasa tidak nyaman dengan perlakuan orang dewasa dan menceritakan kejadian itu kepada orang dewasa yang meraka percaya.

  5. Ajarkan bahwa orang dewasa tidak selalu ’benar’, dan semua orang mempunyai kontrol terhadap tubuh mereka, sehingga ia dapat memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh untuk memeluknya.
  6. Jika terjadi pelecehan seksual pada anak, beberapa hal yang perlu diperhatikan:
    - Ciptakan kondisi sehingga anak merasa leluasa dalam menceritakan tentang bagian tubuhnya dan menggambarkan kejadian dengan akurat.
    - Yakinkan anak bahwa orang dewasa yang melakukannya adalah salah, sedangkan anaknya sendiri adalah benar.
    - Orang tua harus bisa mengkontrol ekspresi emosional didepan anak (Perry & potter, 2005)
    Pada usia remaja, informasi faktual tentang seksual dan aktivitas seksual sangat penting tetapi lebih penting dengan bimbingan tentang penilaian diri atau sistem kepercayaan untuk digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengambil keputusan. Lingkup kesehatan keluarga merupakan bagian yang paling baik untuk memberikan pendidikan kepada anak dan remaja. Orangtua perlu memahami pentingnya pemebrian informasi, berbagai nilai yang dianut dalam keluarga, dan meningkatkan kemampuan untuk membuat keputusan. Remaja akan membuat keputusan utnuk dirinya sendiri dan harus bertanggung jawab terhadap keputusannya (Gilles, 1998)
    Pada masa ini remaja mungkin pertama kali mencari perawatan kesehatan tanpa didampingi orangtua. Agar intervensi pada kelompok usia ini bisa efektif harus diperhatikan beberapa hal antara lain:



1. Ciptakan lingkungan yang menunjukan kasih sayang, saling percaya, serta kesediaan untuk mendengar

2. Klarifikasi dan hormati masalah yang bersifat rahasia

3. Perawat kesehatan reproduktif hendaknya memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai perkembangan remaja.

Selasa, 13 Oktober 2009

TUGAS PROMOSI KESEHATAN


Sejarah Promosi Kesehatan dalam Kebidanan



Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang.Definisi ini tetap dipergunakan, sampai kemudian mengalami revisi pada konferensi dunia di Bangkok pada bulan Agustus 2005, menjadi: “Health promotion is the process of enabling people to increase control over their health and its determinants, and thereby improve their health” (dimuat dalam The Bangkok Charter). Definisi baru ini belum dibakukan bahasa Indonesia. Selain istilah Promosi Kesehatan, sebenarnya juga beredar banyak istilah lain yang mempunyai kemiripan makna, atau setidaknya satu nuansa dengan istilah promosi kesehatan, seperti : Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), Pemasaran sosial, Mobilisasi sosial, Pemberdayaan masyarakat,


Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva datang melakukan kunjungan ke Indonesia. Sebagai seorang direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa negara termasuk Indonesia salah satunya. Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan pertemuan dengan pimpinan Depkes pada waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbush mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung.


Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama kunjungan lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan). Barangkali karena sangat terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu usulan.


Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia

.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia tersebut dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama organisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.



Bertolak dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari tentang Promosi Kesehatan, pada pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah Strategi atau Upaya Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (disingkat PHBS), sebagai bentuk operasional atau setidaknya sebagai embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan melalui serangkaian pertemuan baik internal Pusat Penyuluhan Kesehatan maupun external secara lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi profesi, FKM UI dan LSM.

Beberapa hal yang dapat disarikan tentang pokok-pokok Promosi Kesehatan (Health Promotion) atau PHBS yang merupakan embrio Promosi Kesehatan di Indonesia ini, adalah bahwa:

  1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.


  1. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.

  2. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan atau menjual yang bersifar persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan “sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat.

  3. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif, sedangkan pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya advokasi, terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau kebijakan) dan bina suasana (social suppoprt), khususnya untuk strata sekundair (yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para pembuat opini). Maka dikenallah strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.

  4. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui atau dikenali masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang dirasa penting/perlu diatasi oleh masyarakat, now(), now()); Pada PHBS, masyarakat diharapkan dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang ditandai dengan sekitar 10 perilaku sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi apa dan bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian mengenali keadaan diri dan lingkungannya serta mengukurnya seberapa sehatkah diri dan lingkungannya itu?
    Pendekatan ini kemudian searah dengan paradigma sehat, yang salah satu dari tiga pilar utamanya adalah perilaku hidup sehat. (Sebenarnya ini tidak baru, karena dalam Posyandu, masalah juga sudah difokuskan pada sekitar 5 masalah prioritas).

  5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di masyarakat (melalui pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dll yang mengarah pada kawasan sehat seperti : desa sehat, kota sehat, kabupaten sehat, dll sampai ke Indonesia Sehat.

  6. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.

  7. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dll. Karena dituntut untuk dapat mengukur hasil kegiatannya, maka promosi kesehatan mengaitkan hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan sehat, seperti: rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dst.


Konsep Promosi Kesehatan dan/atau PHBS tersebut selanjutnya digulirkan ke daerah dan beberapa daerah mencoba mengembangkannya paling tidak di beberapa kabupaten.


Sebenarnya pada setiap program kesehatan ada komponen promosi kesehatannya, karena semua masalah kesehatan mengandung komponen perilaku. Namun karena keterbatasan sumberdaya, pada kurun waktu ini secara nasional, promosi kesehatan terbatas pada beberapa program prioritas saja. Program-program kesehatan tersebut adalah: Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (Khususnya Pertolongan persalinan dan Penggunaan ASI Eklusif), Peningkatan Gizi Keluarga dan Masyarakat (termasuk GAKY), Kesehatan Lingkungan (khususnya penggunaan air bersih, penggunaan toilet/jamban, mencuci tangan dengan sabun), Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (khususnya Aktivitas fisik, makan gizi seimbang dan masalah merokok), Penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Di daerah, prioritas program tersebut disesuaikan dengan keadaan, masalah dan potensi daerah.

Selain itu juga dilakukan promosi kesehatan untuk mendukung beberapa program khusus. Sebagai contoh adalah kampanye Pekan Imunisasi Nasional (dalam rangka penanggulangan polio). Demikian pula dalam penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan promosi kesehatan secara lintas sektoral, juga dalam menghadapi SARS. Selain itu dilakukan pula promosi kesehatan dalam rangka penanggulangan masalah tembakau, promosi penggunaan obat generik, dll. Perlu diakui bahwa masih banyak promosi kesehatan untuk berbagai program kesehatan lainnya yang belum dapat tertangani.


Pada sekitar tahun 1982 ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (waktu itu Dr. Suwardjono Suryaningrat) yang menetapkan pembangunan kesehatan sebagai suatu sistem dari supra sistem pembangunan nasional. Selanjutnya berdasarkan Ketetapan MPR No. II/1983 tentang GBHN, disebutkan bahwa “Dalam rangka mempertinggi taraf kesehatan dan kecerdasan rakyat, pembangunan kesehatan termasuk perbaikan gizi perlu makin ditingkatkan dengan mengembangkan Sistem Kesehatan nasional (SKN).”


Peningkatan kesehatan dilakukan dengan melibatkan peran serta (partisipasi) masyarakat berpengahasilan rendah baik di desa maupun di kota. Panca Karsa Husada sebagai tujuan pembangunan panjang bidang kesehatan mencakup: (1) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan; (2) Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan; (3) Peningkatan status gizi masyarakat; (4) Pengurangan kesakitan dan kematian; dan (5) Pengembangan keluarga sehat sejahtera dengan makin diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan dikaitkan dengan komitmen Indonesia untuk mengimplementasikan primary health care, ditetapkan hal-hal sebagai berikut:



  • Hirarkhi tingkat pelayanan kesehatan sehubungan dengan komponen atau unsur-unsur pelayanan kesehatan menurut SKN, mulai dari tingkat Rumah tangga, selanjutnya ke tingkat masyarakat, terus sampai ke tingkat yang lebih tinggi


  • Pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) yang dilakukan masyarakat minimal mencakup salah satu dari 8 unsur Primary Haelath Care sebagai berikut:

  1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta perlindungannya.

  2. Peningkatan persediaan makanan dan peningkatan gizi.

  3. Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai.

  4. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk keluarga berencana

  5. Imunisasi untuk penyakit yang utama

  6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemi setempat

  7. Pengobatan penyakit umum dan luka-luka

  8. Penyediaan obat esensial.


  • Pengembangan dan Pembinaan PKMD dilakukan sebagai berikut:

  1. Berpedoman pada GBHN.

  2. Dilakukan dengan kerja sama lintas program dan lintas sektor melalui pendekatan edukatif.

  3. Koordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada Gubernur, Bupati, atau Camat.

  4. Merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara keseluruhan.

  5. Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang efektif antara instansi yang berkepentingan dalam pembinaan masyarakat desa.

  6. Puskesmas sebagai pusat pembangunan dan pengembangan kesehatan berfungsi sebagai dinamisator.


Dengan berkembangnya PKMD dan dalam implementasinya menggunakan pendekatan edukatif, muncullah berbagai kegiatan sawadaya masyarakat untuk pelayanan kesehatan antara lain: Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos Kesehatan, Dana Sehat. Selain itu juga muncul berbagai kegiatan lain, yang berada di luar kesehatan, meskipun tetap ada kaitannya dengan bidang kesehatan. Kegiatan-kegiatan tersebut murni muncul dari masyarakat sendiri, dan untuk pelayanan mereka sendiri, dibidang kesehatan.

Secara teori, pada periode ini telah muncul perbedaan sudut pandang. Mulai terlihat bahwa salah satu kelemahan dari pendekatan edukatif adalah belum berhasil memunculkan “community real need”. Yang terjadi adalah bahwa melalui pendekatan edukatif ini telah muncul berbagai “community felt need”. Akibatnya muncul berbagai kegiatan masyarakat sesuai kebutuhan masyarakat tersebut. Dengan munculnya aneka ragam kegiatan masyarakat tersebut, sulit untuk memperhitungkan kontribusi kegiatan masyarakat tersebut terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong para pengambil keputusan di lingkungan Departemen Kesehatan untuk melakukan perubahyan pada pendekatan edukatif sebagai strategi pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka pada tahun 1984, berbagai kelompok kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan (Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos Kesehatan), dilebur menjadi satu bentuk pelayanan kesehatan terpadu yang disebut Posyandu (pos pelayanan terpadu). Atau lengkapnya Pos Pelayanan Terpadu KB-Kesehatan. Peleburan menjadi Posyandu tersebut, selain setelah dicoba dikembangkan di Jawa Timur, juga setelah melalui tahap kegiatan uji coba di tiga provinsi, yaitu: Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Dipadukannya pelayanan KB dan kesehatan ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat. Karena dengan keterpaduan pelayanan ini masyarakat dapat memperoleh pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama.

Secara konsepsual, Posyandu merupakan bentuk modifikasi yang lebih maju dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk menunjang pembangunan kesehatan, khususnya dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui penurunan angka kematian bayi. Modifikasi tersebut adalah dengan tetap mempertahankan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat, gotong royong dan sukarela, namun bentuk kegiatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan tidak lagi beragam, karena sudah diarahkan dan diseragamkan yaitu Posyandu. Melalui keseragaman kegiatan masyarakat dalam bentuk Posyandu, diharapkan dapat berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya penurunan angka kematian bayi dan balita.


Posyandu merupakan unit pelayanan kesehatan di lapangan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan teknis Puskesmas, Departemen Agama, Departemen Pertanian, dan BKKBN. Posyandu melaksankan 5 program kesehatan dasar yakni: KB, kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, dan penaggulangan diare. Adapun sasaran utama adalah menurunkan angka kematian bayi dan memperbaiki status kesehatan dan gizi balita, maupun ibu hamil dan menyusui.

Posyandu merupakan wadah partsipasi masyarakat, karena Posyandu paling banyak menggunakan tenaga kader. Kader ini merupakan tenaga relawan murni, tanpa dibayar, namun merupakan tenaga inti di Posyandu. Sebagian besar kader adalah wanita, anggota PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga). Maka dapat dikatakan bahwa PKK merupakan sumber penggerak Posyandu. Tokoh-tokoh di awal terbentuknya Posyandu ini adalah: Dr. M. Adhyatma, Dr. Suyono Yahya, Ibu Soeparjo Rustam, dll.